Showing posts with label Trip. Show all posts
Showing posts with label Trip. Show all posts

Friday, December 24, 2021

,

BERTEMU ORANG BAIK (CHALLENGES #2)

Bertemu Orang Baik, cerita tentang orang-orang yang Tuhan kirim untuk berjasa di hidup saya, seorang LIFAH.

Bertemu Orang Baik, jadi challenges kedua saya untuk segmen "OKTOBER CHALLENGES" yang beberapa waktu lalu sempat terhenti karena badai kehidupan datang tiba-tiba. #apasih

Selamat membaca satu dari sekian banyak cerita hidup seorang LIFAH πŸ’‹

PATAH HATI
Berawal dari patah hatinya saya yang saat itu akan menginjak usia 12 tahun. Patah hati yang bukan sembarang patah hati.

*Bukan karena cinta ya mohon maaf dan mohon digaris bawahi πŸ˜….

Patah hatinya saya adalah karena nggak keterima di SMP Negeri yang beeeeeeegitu didambakan sejak duduk di kelas 5 SD.

Juli 2006, setelah melihat nama saya ada keterangan "tidak lulus" nya di papan pengumuman. Sepanjang jalan pulang sibuk menyembunyikan air mata dari dua teman yang berjalan di belakang saya. Yang keduanya laki-laki, senasib juga sepertetanggaan.

Saya, setiap air mata jatuh ke pipi buru-buru dilap. Jatuh lagi dilap lagi. On repeat aja sampai tahu-tahu udah di depan rumah.

DI RUMAH DAN IBU
"Cuma kurang nol koma  sekian (lupa sekiannya berapa), masa nggak diterima!! kata saya ke ibuk sambil nangis sesegukan nyodorin map hasil tesnya.

*Dear LIFAH zaman itu, jangankan kurang nol koma sekian, semisal kurangnya nol koma nol nol nol sekian tetap aja nggak lulus, fah! -___-.

Mau tahu reaksi ibuk seperti apa?!

"Yaudah nggak apa-apa yang penting udah usaha. Nggak harus sekolah di sana juga." katanya dengan santai kayak lagi mantai.

*Ibuk memang terkenal tenang dan nggak grasa grusu disituasi apapun di hidupnya.

Tahun ajaran baru semakin dekat. Sementara saya masih belum tahu dan belum kepikiran untuk sekolah di mana. Masih sibuk kecewa dengan kenyataan. Pun ditambah kesal dan nggak terima sama "uang bangku"nya teman 😌.

Gimana gimanaaa??!

Jadi beberapa hari setelah pengumuman ketidaklulusan di SMP yang begitu saya dambakan itu, ibuk dapat kabar yang kemudian sampailah ke telinga saya kalau teman satu gerbang SD yang juga nggak lolos tiba-tiba aja bisa keterima di SMP itu. Usut punya usut ternyata dia pakai "uang bangku".

Awalnya saya nggak paham apa yang dimaksud dengan uang bangku. Lagi-lagi dengan santai, ibu memberikan pemahaman sederhana apa itu uang bangku. Akhirnya saya pun paham.

*ketika uang bisa mengubah takdir sekolah seseorang.

Sementara saya masih belum terima dengan kenyataan, ibu sibuk mencari sekolah untuk anak perempuan satu-satunya di keluarga. Setelah menyurvei beberapa sekolah, akhirnya ibu memberikan pilihan dua sekolah untuk saya. Madrasah Tsanawiyah depan gang yang nggak terlalu punya nama (kata tetangga sok tahu) atau SMP swasta yang jaraknya cukup jauh tapi lumayan punya nama (lagi-lagi kata tetangga sok tahu).

*Madrasah Tsanawiyah itu setingkat SMP ya.

Pada akhirnya Madrasah Tsanawiyah depan ganglah pilihan saya. Alasannya karena dekat dari rumah dan ada kakak laki-laki saya yang juga sekolah di sana. Pikir saya, kalau sekolah di Madrasah depan gang pasti bisa pulang pas jam istirahat dan pasti kakak bisa bantu jawab PR Bahasa Arab. FYI, kakak sudah sejak MI (Madrasah Ibtidaiyah) di madrasah depan gang.

*nyatanya nggak pernah bantuin -____-. Hai mas Arfan semoga baca yaaa πŸ˜‰.

BERTEMU KEMBALI
Akhirnya bertemulah saya dengan sosok Abeh. Lebih tepatnya bertemu kembali. Saya pernah menjalani RA (Raudathul Athfal) di Madrasahnya beliau. Selain itu, saat Ramadhan tiba, Abeh nggak pernah absen untuk jadi imam di mushola tempat saya biasa shalat tarawih. 

FYI, RA itu setingkat TK (taman kanak-kanak) ya.

Abeh. Begitulah biasanya beliau disapa. Pemilik yayasan sekaligus kepala sekolah dan guru PPKN di Madrasah depan gang. 

"Oh ini adiknya Arfan yang marah-marah karena nggak lulus di SMP .... itu ya?!" kata Abeh saat saya datang untuk ukur baju seragam.

Ternyata ibuk udah curhat ke Abeh tentang saya dan drama nggak keterimanya di SMP Negeri itu -___-.

ABEH DARI MATA LIFAH
Ini agak random sih, kalau boleh jujur inspirasi saya debutin Abeh di blog ini adalah Pak Muh. Ayah dari selebgram Fadil Zaidi. Setelah lihat video-video Fadil yang suka jailin Pak Muh dan lihat reaksi Pak Muh setelah dijailin anak keduanya itu.

*lucunya pak Muh tuh natural

Setiap melihat video-video pak Muh dan Fadil, yang ada dipikiran saya adalah sosok Abeh. Dan setelah dipikir-pikir kok ya Abeh tuh mirip banget sama pak Muh. Bukan dari sisi wajahnya ya tapi lebih ke sifatnya sih πŸ˜….

*Terima kasih pakai haru untuk pak Muh. Kalau bukan karena bapak, mungkin tidak akan ada tulisan ini ♡.

Cara pak Muh ngetreat Dilla (anak perempuannya) sama persis seperti cara Abeh ngetreat murid-murid perempuannya. Lembut nggak pakai emosi jiwa. Selain ke murid perempuannya, Abeh pun ngelakuin hal itu ke cucu perempuannya. Dari sorot matanya terlihat cinta seorang kakek untuk cucu perempuannya. 

*kalimat terakhirnya agak puisi gimana gitu😁

Beda cerita kalau pak Muh berada di samping Fadil Zaidi. pak Muh yang selalu emosi setelah dijailin Fadil, plek ketiplek Abeh kalau lagi marah ke murid laki-laki yang susah diatur. Sering banget angkat sesuatu yang ada di dekatnya (seringnya sandal atau sepatu sih) kalau lagi marah-marah.

Pernah kena marah Abeh?!
Pernah dong haha. Lebih tepatnya ikut kena marahnya beliau. Satu dua murid yang susah diatur tapi satu kelas bahkan satu sekolah bisa kena imbasnya πŸ˜….

Hal yang pernah Abeh lakuin saat marah ke muridnya adalah bakar sampah di kelas dengan pintu dan jendela yang tertutup.

*boleh banget dibayangin gimana ngebulnya kelas waktu itu -___-.

Selain itu, Abeh juga pernah nyiram air comberan (got) saat upacara bendera sedang berlangsung.

*boleh dibayangin gimana bau dan kotornya seragam putih-putih mereka yang kena siraman kala itu -___-.

Gemes dan nggak habis pikirnya saya adalah murid-murid yang susah diatur dan kena marahnya Abeh ya mereka lagi mereka lagi. Mereka tuh kayak udah di black list di hidupnya Abeh πŸ˜….

Tapi saya nggak peduli kalau banyak yang bilang Abeh suka marah-marah ke anak murid. Toh alasan marahnya jelas. Karena beberapa murid memang susah diatur dan suka banget ngeledek Abeh.

KEBAIKAN ABEH UNTUK LIFAH
"Fil Ardi Kholipaaaah..."
(potongan surah Al-Baqarah tapi ayatnya lupa yang kalau diterjemahin ke Bahasa Indonesia artinya adalah pemimpin di muka bumi).

Celetukan Abeh ke saya setiap ketemu beliau yang lagi duduk nyantai di kursi plastik hijau atau putih yang legend itu.

"Pakai f beh bukan p" gerutu saya sambil berlalu dengan wajah kesal πŸ˜….

Bagi saya, Abeh adalah orang baik yang Tuhan kirim untuk berjasa dalam hidup. Titik nggak pakai koma. Abeh yang secara nggak langsung jadi obat patah hatinya saya setelah drama nggak keterima di SMP itu.

Kata Abeh,
"Kalau lu bilang IYA
Tapi Allah bilang NGGAK
Lu bisa apa?!"

Nasihat Abeh dengan logat betawinya yang mungkin puluhan kali saya dengar setelah resmi menjadi murid madrasahnya beliau. Dan sampai saat ini kalimat itu masih saya pakai untuk pegangan saat hidup lagi nggak sesuai dengan maunya saya. Gitu.

"Emang harus banget rengking satu?!"

"Nggak harus jadi nomor satu kok. Cukup jadi terbaiknya lu aja udah paling bener."

Kalimat Abeh kalau diperhalus akan menjadi,
"Nggak harus jadi nomor satu. Cukup jadi versi terbaiknya kamu."

Nasihat Abeh di atas disponsori oleh drama salah satu teman yang nyeletuk kalau saya nggak dapat peringkat satu di kelas.

Setelah drama celetukan itu,  saya panik sampai harus klarifikasi langsung ke yang punya yayasan. Iya ke Abeh langsung. Nekat banget nggak sih?! haha

Alasannya satu, semisal saya nggak dapat peringkat satu, otomatis nggak akan  dapat gratis bayaran selama satu semester haha.

Saat di kelas tiga, selain ibu di rumah yang selalu jadi pendengar hafalan surah Al-Waqiah saya, Abeh juga punya andil besar. Beliau nggak pernah bosan tanya hafalan saya.

*Lagi-lagi nanyanya selalu pas lagi duduk santai di kursi plastik kebanggaannya.

Abeh yang sering ingatin saya kalau anak perempuan itu harus pintar ngaji dan berpendidikan.

Dan sampai akhir, Abeh selalu mau saya repotin. Minta surat ini itu untuk persyaratan masuk SMK. Yang mintanya siang dan sore harus jadi.

*Nggak tahu diri banget nggak sih saya?! haha

*agak random
Dari Abeh saya jadi tahu kepanjangan IPOLEKSOSBUDHANKAMNAS loh haha (silakan googling yang penasaran)

Sampailah pada suatu hari, bagai petir di siang bolong (padahal waktu itu pagi bukan siang) kabar duka tentang berpulangnya Abeh sampai ke telinga saya via buibuk sepertetanggan yang lewat belakang rumah sehabis antri nasi uduk.

Awalnya nggak percaya (lebih tepatnya menolak untuk percaya) dengan apa yang saya dengar dari buibuk tetangga. Alasannya karena Abeh baik-baik saja semalam. Masih mengikuti pengajian mingguan bersama bapak meski bapak bilang beliau sedang tidak enak badan. Intinya, berpulangnya beliau jadi salah satu patah hati saya yang amat dalam sepanjang hidup.

Di mana pun beliau berada
Kukirimkan terima kasih
Untuk banyak warna dalam hidupku dan kenangan indah

#bacanyapakainada

Sekali lagi, terima kasih untuk Abeh yang pernah ada di hidup saya. Meski raganya sudah tidak ada, namun kebaikan Abeh atas Lifah akan selalu ada dan diingat.

Al-fatihah untuk Abeh
READ MORE... BERTEMU ORANG BAIK (CHALLENGES #2)

Wednesday, July 08, 2020

,

TRIP BALI #2 : MEGAHNYA GARUDA WISNU KENCANA (GWK)


KUTA DAN DRAMANYA
Sampai di Pantai Sanur member trip berjalan kaki ke titik dimana bisa memesan go car menuju hostel yang sudah di-booking. Jarak dari Pantai Sanur ke titik pemesanan go car lumayan buat nafas ngos-ngosan. Tapi karena jalannya bareng-bareng jadi nggak banyak keluhan hehe.

Kami memesan dua go car untuk sampai ke hostel yang lokasinya di Kuta. Setelah 30 menit perjalanan akhirnya sampai di hostel. Saat itu hari sudah lumayan gelap.
Hostel Di Kuta

Sesampainya di hostel kami langsung menyelesaikan administrasi (membayar uang jaminan dan menunjukkan kartu identitas masing-masing). Setelah itu masing-masing member trip mendapatkan satu kunci loker yang bernomor.

Dimulailah drama perhostelan
(Semua member trip berjalan menuju kamar yang sudah dibooking)

Jeng jeng jeng semua syok tanpa terkecuali.

Kamarnya nggak sesuai ekspetasi. Bukan karena nggak bagus yaa bukan. Tapi yang jadi masalah adalah laki-laki dan perempuan ada di kamar yang sama.  Dan waktu itu di kamar yang kami pesan ada dua turis lain dan dua-duanya laki-laki. Satu turis asing satunya turis lokal. Kamar yang kami tempati ada empat tempat tidur bertingkat yang muat untuk  delapan orang. Empat orang di kasur bawah dan empat lainnya di kasur atas.

Beda banget sama kamar sebelah yang isinya perempuan semua. Udah coba komplain tapi hasilnya nihil. Cuma berhasil minta password wifi hehe. Akhirnya dengan lapang dada, kami pun menerimanya.

Belum selesai dengan drama kamar tidur, drama kamar mandi pun terjadi.

Hai guys, masa kamar mandinya..(setelah cek kamar mandi).
Masa pintu kamar mandinya...!!!!
Masa...
Masa...

Dua lainnya kroscek yang terjadi dengan "masa kamar mandinya..."

Sementara dua lainnya masih syok dengan "masa kamar mandinya..." panik dan segera mencari alternatif tanpa melihat kondisi kamar mandinya.

Alternatif dua member trip (Ciung dan Lifah)
"Yuk mandi di toilet mandinya Pantai Sanur aja atau cari toilet mandi yang dekat sini!?!?
Yuk ah..! Atau pindah aja yuk dari sini!"

Sementara dua lainnya setelah kroscek apa yang terjadi:
Coba lihat dulu aman kok!
Mandinya bareng aja. Samping-sampingan, gimana?!?!

Akhirnya drama kamar tidur dan kamar mandi pun (terpaksa) happy ending.

Di kamar semua serba gelap karena share room dengan turis lain. Jadi kami harus "sadar diri" hehe. Cari baju salin gelap, sholat gelap, touch up gelap, telponan gelap, ngobrol gelap dan bisik-bisik, sampai packing pun gelap. Pokoknya kek rumah yang abis token listrik gitu. Untung hati cerah secerah langit Penida haha.

Pagi hari di Hostel.
Saking parnonya karena share room tidurpun jadi gak nyenyak. Jam 4 pagi beberapa member trip sudah melek mata. Tunggu adzan subuh untuk sholat. Karena nggak bisa tidur lagi akhirnya leyeh-leyeh di kasur sampai matahari terbit.

Drama kamar mandi pun berlanjut
Dua orang mandi dengan cara yang unik. Mereka mandi satu kamar mandi dengan saling membelakangi satu sama lain. Tiga orang mandi dengan tiga kamar mandi yang terpisah tapi berjajar dengan kesepakatan: pokoknya masuk bareng, keluar bareng. Satu orang mandi tanpa pakai drama (sebut saja Omat).

GARUDA WISNU KENCANA
Hari terakhir di Bali, kami memilih GWK (Garuda Wisnu Kencana) untuk destinasi selanjutnya. Sewa tiga motor dekat hostel. Bermodalkan google maps kami berenam pun berangkat ke GWK.
Naik Motor Sewaan Ke GWK

Pakai drama nyasar nggak?
Oh sudah pasti haha. 
Kok ga bener sih baca mapsnya?!
Sini gue aja yang baca mapsnya!!
Eh si itu belum keliatan!
Telpon!
Telpon coba tanya dimana!!
Eh si itu kejebak lampu merah. Tungguin!

Namanya trip bareng ke Bali pertama kali dan hanya bermodalkan maps wajar aja banyak drama. Setelah drama panjang google maps akhirnya sampai di GWK. Harga tiket masuk untuk turis lokal (saat itu) sekitar Rp 80.000,- (sekarang 125.000,-). Belum termasuk parkir kendaraan. Setelah membeli tiket akan dapat gelang berwarna kuning untuk dipakai sebagai tanda sudah beli tiket dan sebagai syarat masuk GWK pastinya.
Member Trip Dan Tiket GWK

Ada berbagai pertunjukan seni di Amphitheater seperti Balinese Dance, Kecak Garuda Wisnu, Dance Nusantara, dan lainny. Untuk jadwal pertunjukannya bisa dilihat di pintu masuk Amphitheater atau brosur. Setelah pertunjukan seni selesai biasanya beberapa turis bisa melakukan foto bersama dengan penari. Dan gratis nggak dipungut biaya hehe.
Pertujukan Tari di Amphitheater

Setelah puas menyaksikan pertunjukan seni di Amphitheater akhirnya kami memulai tur di area GWK lainnya. Waktunya mencari spot foto untuk feed instagraaaam.
Member Trip Hunting Spot Foto

Sampai di Festival Park area out doornya GWK yang sering dijadikan tempat untuk konser atau pertemuan penting lainnya. Di Festival Park kami bisa melihat dan berfoto-foto dibanyak tempat contohnya Plaza Garuda dan Lotus Pond. Atau bisa keliling GWK tanpa berlelah-lelah ria jalan kaki alias dengan sewa Segway.

Lotus Pond spot untuk foto-foto dengan latar belakangnya dua tebing besar saling berhadapan yang berkolaborasi indah dengan langit Bali. Sambil antre foto di Plaza Wisnu kita pun bergantian foto di Lotus Pond. Pose cantik, kang foto pun hitung 1, 2, 3 cekrek. Kalau foto nggak sesuai dengan ekspetasi fotopun diulang hehe.
Lotus Pond (Tebing Breksi)

Plaza Garuda

Plaza Kura-kura

Di Plaza Wisnu ada suara gamelan Bali yang dimainkan oleh dua anak di sudut pojok area. Saat yang lain sibuk foto di Plaza Wisnu, say malah penasaran sama dua anak yang memainkan gamelan. 
Plaza Wisnu

Garuda Wisnu Kencana

Member Trip (Taken By Omat)

Kami juga sempat makan di area dalam GWK. Makan ayam bakar sambal Mattah + es teh manis. Harganya lupa tapi masih terjangkau buat kantong. Dan yang paling gak bisa dilupa adalah sambal mattahnya ituloh.

Oh iya toilet di dalam area GWK dekat Amphiteater itu bersih dan ber AC. Petugasnya juga ramah. Di dalam GWK ada fasilitas mushola juga. Yang ingin sholat bisa tanya ke petugas untuk akses ke musholanya karena tempatnya agak di sudut (dekat tempat belanja oleh-olehnya GWK). Ada petunjuk arahnya sih tapi belum afdhol kalau belum tanya haha. Selesai dengan Garuda Wisnu Kencana  member trip on the way ke Airlangga untuk berburu oleh-oleh.
Ice Cream di GWK

PUSAT OLEH-OLEH AIRLANGGA
Pemberhentian terakhir sebelum pulang ke Jakarta adalah membeli oleh-oleh. Nggak seperti trip ke Yogyakarta sebelumnya yang heboh beli oleh-oleh titipan sampai hampir ketinggalan kereta. Trip kali ini kami memutuskan untuk meminimalisir oleh-oleh titipan dan waktu belanja. Beli makanan sedikit mungkin dan beli oleh-oleh (pakai) hanya untuk diri sendiri juga keluarga di rumah (tetap aja berjam-jam dan berkardus-kardus) haha. Inget banget Desi sampai nyiapin tas dari rumah ^^. Warbiyazaah Desi tuh.
Erlangga Pusat Oleh-oleh Bali

BACK TO JAKARTA
Penerbangan kami pukul 08.00 WITA. Check out dari penginapan kita di Kuta jam 05.30an (dengan penuh drama kamar mandi tentunya). Order dua go car buat otw Ngurah Rai. Go car pertama berangkat lebih pagi karena ternyata salah satu dari kami flightnya duluan.
Menuju Jakarta

Sesampainya di Ngurah Rai, drama pun terjadi lagi. Screenshootan ajalah biar padat, jelas dan gak berliku-liku ceritanya. Selamat membaca chat room grup kami. Harap dimaklumi kalau typo dan kata-kata kurang berkenan.
Drama Bandara Ngurah Rai 

Langit bali lagi indah banget pagi itu. Terik matahari juga belum terlalu waw. Jadi mari abadikan moment untuk dikenang.

JAKARTA
Akhirnya sampai di Jakarta dengan selamat, bahagia, dan penuh drama yang kelak akan jadi cerita di masa yang akan datang. Sebelum pulang ke rumah masing-masing. Kami berlima (tanpa isty yang sudah dijemput) makan di Solaria Soetta. Review perjalanan kita selama di Penida dan Bali sambil kenyangin perut.

Semoga kelak bisa liburan bareng lagi. Jelajah Bali lebih luas atau tempat indah lainnya.

Terima kasih telah membaca.
Salam hangat,

Lifah
READ MORE... TRIP BALI #2 : MEGAHNYA GARUDA WISNU KENCANA (GWK)
,

TRIP BALI #1 : INDAHNYA NUSA PENIDA

Yeay, akhirnya nggak sekedar wacana-wacana club. Akhirnya Nusa Penida. Akhirnya Bali. Dan yups, akhirnya bisa trip bareng bestie.

Tulisan ini saya persembahkan untuk kelima member trip Bali. Hai kaliaaan. Semoga baca tulisan ini yaa.

SOEKARNO HATTA MENUJU I GUSTI NGURAH RAI
Saya dan kelima member trip (Linda, Ciung, Isty, Desi, dan maknae Omat) mengambil penerbangan malam karena pagi harinya harus menjalankan kewajiban sebagai warga negara. Yupz nyoblos yang pertama kali untuk pemilu serentak 2019.
Penerbangannya pukul 20.00 WIB melalui Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng menuju Bandara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar dengan waktu tempuh sekitar dua jam. Pukul 11.30 WITA kami tiba di Bandara I Gusti Ngurah Rai (waktu Bali lebih cepat satu jam dari waktu Jakarta yaa).

Pihak travel akan jemput ke bandara pukul 06.00 WITA. Karena masih tengah malam, jadi kami berenam sepakat untuk bermalam di bandara.

Di bandara ada drama?
Ada dong haha

Drama ditegur pihak keamanan karena tidur di mushola. Untung kena tegurnya pas hampir pagi jadi ya nggak terlalu dipusingin. Anggap aja alarm subuh haha. #maafpalingseriuspakkeamanan

Setelah drama kena tegur, kami langsung cuss cari toilet untuk cuci muka, gosok gigi, dan ambil wudhu. Mau mandi tapi nggak nemu toilet mandi atau emang gak ada ya?!?!  haha
*pertama kali nge-Bali harap dimaklumi ya.

Setelah sholat subuh, salah satu dari kami mencoba hubungi pihak travel untuk menjemput lebih awal. Bersyukur, pihak travel menyetujuinya. Nggak sampai setengah jam, pihak travel pun sampai kemudian mengantar kami ke Pantai Sanur.
Sanur Beach with Linda

Sesaampainya di pantai Sanur semua sepakat untuk mandi di toilet umum pantai yang menyediakan fasilitas mandi dengan harga murah meriah. Kisaran 7000/orang. Toilet mandinya bersih banget nget-nget. Penjaganya ramah dan cukup sabar dengan keriwehan kami.  Alasan kami sepakat untuk mandi di pantai Sanur karena saat sampai di Penida nanti dan dijemput guide, akan langsung jelajah Penida (sesuai kesepakatan) yang otomatis nggak mampir homestay. Gitu.

Setelah mandi kilat (jebar-jebur, sabunan, gosok gigi, ganti baju dan pakai parfume) kami sarapan di warung pinggiran Pantai Sanur sambil menunggu fastboat datang. Banyak warung makan sepanjang Pantai Sanur. Beberapa member trip memilih sarapan nasi Bali. Harganya cukup terjangkau kisaran 15.000,- sampai dengan 20.000,- sudah termasuk air mineral. Oh iya selain warung makan, di pinggiran Pantai Sanur juga banyak gerai-gerai yang menyediakan pembelian tiket fastboat untuk menyebrang ke Nusa Penida.
Sarapan Nasi Bali Di Pinggir Pantai Sanur

Kenapa Pantai Sanur?
Karena Pantai Sanur adalah penyebrangan terdekat dengan fastboat menuju Nusa Penida.

FYI,  kami memilih paket private tour Nusa Penida all in (Tiket PP fast boat Sanur-Penida, antar jemput pelabuhan, transportasi mobil, guide selama jelajah Penida, air mineral, dua kali makan siang, sarapan (esok hari), dan biaya masuk lokasi wisata. Kecuali makan malam dan toilet bayar sendiri. Sekali masuk toilet umum di Penida 5000,-.

Pukul 07.00 WITA kami sudah berada di fast boat untuk menyebrang menuju Nusa Penida. Butuh waktu sekitar 45 menit untuk sampai di sana. Hari itu gelombang lumayan tinggi sampai bisa membuat fastboat terombang ambing di tengah lautan. Sesekali saking tingginya gelombang, percikan air laut sampai masuk ke dalam lewat kaca jendela. Ada yang teriak karena menikmati dan ada yang tutup mata sambil teriak karena pusing haha. Saya tim teriak menikmati yaa kalau Isty gak tahu wkwk... (bisa dilihat dari ekspresi wajahnya).
Fast Boat Menuju Nusa Penida
Pemandangan birunya laut, cerahnya langit Bali, ditambah lagi suara merdu mas Duta  Sheila On Seven dan nggak ketinggalan deburan ombak yang mengiringi jadi moment indah yang tidak akan mungkin dilupa. Untuk kami berenam. Dan mungkin untuk semua penumpang fastboat haha.

Yeay..
Akhirnya sampai di dermaga Toyapakeh, Nusa Penida. Satu persatu penumpang fastboat turun. Begitu juga tas dan koper penumpang. Di dermaga kami sudah ditunggu guide yang akan mengantar menjelajahi Penida. Sebut saja dia Bli (lupa nama Guidenya dong, maaf ya Bli).

Drama pun terjadi.
Tas Linda hilang dan kita berenam panik. Tapi baiknya Bli guide langsung menghubungi pihak travel di Pantai Sanur. Pihak Travel bilang kalau ternyata tasnya tertinggal di Pantai Sanur. Bli guide berjanji nanti (entah kapan) akan diantar ke Penida. Dan untuk sementara Linda akan kami pinjami baju ganti sampai tasnya dikembali. Gitu.

KLINGKING BEACH
Laut dan Langit Penida
Member Trip Nusa Penida
Klingking Beach bisa dibilang sebagai ikonnya Nusa Penida. Kalau ke Penida harus ke Kelingking Beach. Banyak yang mengatakan Kelingking Beach bentuknya seperti kepala T-Rax. Iya gak sih?!

Nah, untuk foto-foto di Kelingking Beach harus bergantian dengan turis lain. Padat merayap soalnya.

Kami juga sempat berfoto di Paluang Cliff yang letaknya masih satu kawasan dengan Klingking Beach. Paluang Cliff sendiri merupakan view-nya Klingking Beach dari sudut yang berbeda. Di Paluang Cliff ada berbagai spot foto instagramable yang tersedia. Ada ayunan, perahu, dan sangkar burung. Oh iya spot foto yang baru saja disebutin tadi nggak gratis ya alias berbayar hehe.
Paluang Cliff

Nah kami memilih spot foto berbayarnya adalah perahu dengan view point Paluang Cliff. Untuk berfoto di perahu harus merogoh kocek 5000 rupiah per orang.
Spot Foto Paluang Cliff

ANGEL'S BILLABONG
Angel's Billabong 

Angel' Billabong merupakan tempat akhir dari air sungai yang nantinya akan bermuara ke laut. Jernihnya air dan birunya langit Penida jadi kolaborasi yang indah. Saat itu gelombangnya cukup tinggi jadi tidak disarankan untuk turun ke bawah. Jadi, semua turis hanya bisa menyaksikan deburan ombak yang menabrak dua karang besar yang berapit.

BROKEN BEACH/PANTAI UUG
Broken Beach/Pasih Uug

Salah satu yang terbaik menurut saya adalah Broken Beach/Pantai Uug. Lokasinya nggak jauh dari Angel's Billabong. Sekitar 300 meter. Broken Beach merupakan kolam besar yang dibatasi oleh tebing batu yang terdapat lubang ditengahnya. Kami berenam cukup lama di sini menikmati semilirnya angin dan deburan ombak yang menghantam tebing. Berfoto-foto atau sekedar menantikan momen teriak bersama member trip juga turis lain. Lagi-lagi semua menikmati dan berbahagia.

CRYSTAL BAY
Di Crystal Bay, kami bisa melihat pohon-pohon kelapa yang menjulang tinggi, langit biru sepanjang mata memandang, pasir putih yang indah, dan sesekali deburan ombak yang menghantam karang.

Bli guide menyarankan untuk menunggu sunset tiba (Crystal Bay terkenal dengan sunsetnya yang indah). Tapi karena semua member trip sudah lelah dan lapar jadi kami memutuskan untuk menuju ke homestay.

Saya pribadi agak menyesal karena hanya bisa basahin kaki di pinggir pantai dan foto-foto di pinggiran karang. Huhu sedih. Katanya, beberapa jam sebelum kami datang ada turis yang terseret ombak. Saat itu memang sedang tinggi-tingginya ombak. Jadi untuk menjaga keselamatan, untuk sementara turis hanya diperbolehkan di pinggir pantai. Meski ada beberapa turis yang ngeyel.
Crystal Bay

Anak Penida Berburu Ikan Kecil

Oh iya, Saat kami asik foto-foto ada dua anak asli Penida yang sedang mencari ikan kecil. Percakapan mereka berdua pakai Bahasa Bali. Seperti biasa saya pun terkagum-kagum. Dan memutuskan untuk bertanya.

Me: Tahu Jakarta?
Anak penida : Tahu
Me : Pernah ke Jakarta?
Anak Penida : *geleng. Di Jakarta ada kereta?
Me : Banyak
Anak Penida : Ingin ke Jakarta 
Me (dalam hati) : Jakarta bising dek gak usah please
-selesai-

HOMESTAY
Setelah lelah menjelajahi beberapa tempat di Penida, akhirnya menuju penginapan (yeay senangnya). Kami diantar oleh Bli guide ke homestay. Surprise banget sama homestaynya.  Meski nggak semewah hotel Penida tapi homestay kami itu cantik dan viewnya langsung ke laut gitu. Sukak banget nget-nget pokoknya. 
View Homestay Dari Balkon Kamar

Malam hari setelah mandi, sholat maghrib, dan leyeh-leyeh sebentar Bli guide datang untuk antar kami membeli makan malam. . Penida di malam hari tuh tenang dan nggak bising. Gak terlalu banyak mobil seliweran. Selain itu penduduk asli Penida juga ramah-ramah. Sukak deh.

Kami membeli nasi goreng, ayam goreng, es teh manis, dan martabak telor tanpa acar (entah bang abangnya yang lupa kasih atau emang nggak ada acarnya). Makan lesehan di homestay sambil ketawa cekikin bareng member trip. Indah banget nggak sih?!.

Di homestay ada drama?
Sudah pasti wkwk

Mulai dari drama cari arah kiblat yang nggak tuntas-tuntas dari awal kedatangan (meskipun sudah pakai aplikasi canggih) sampai drama Omat takut tidur sendiri di kamar lantai bawah dengan alasan suara ombak lautnya nyeremin. Pada akhirnya, semua drama pun terselesaikan dengan damai dan penuh tawa hehe. Kami pun tidur dengan nyenyak.

SUNRISE, NUSA PENIDA
Setelah shalat subuh saya memutuskan tidak tidur lagi untuk menyaksikan sunrise. Viewnya cantik banget meski dari balkon kamar. Kapan lagi lihat sunrisenya Penida yekan haha. Awalnya cuma liat sunrise dari balkon kamar tapi karena satu persatu member trip bangun, akhirnya turun ke bawah untuk melihat sunrisenya dari jarak lebih dekat. Sambil menunggu sunrise, member trip yang turun foto-foto di ayunan, atau sekedar duduk manis di kursi yang viewnya langsung ke laut.
Sunrise Dari Balkon Homestay

Sunrise Penida

Sebelum Bli guide menjemput kami berenam untuk melanjutkan jelajah Penida. Sekitar  07.30 WITA mbak homestay datang untuk memberikan daftar menu sarapan yang ada. Setelah riweh pilih menu (padahal cuma ada beberapa menu), nggak lama mbak homestay datang mengantarkan sarapan. Menu sarapan yang kami pilih adalah nasi goreng plus es teh manis dan nasi goreng plus es jeruk.

Setelah sarapan dan riweh packing, kami turun sebentar ntuk menikmati pemandangan pagi hari dari homestay sekalian say good bye ke homestaynya haha. Angin sepoi-sepoi, langit biru, dan suara deburan ombak yang buat suasana hati jadi tenang sekaligus berat buat ninggalin homestay.
Cemara's Beach Homestay 

Akhirnya perjalanan pun dimulai (lagi) dan kami gak tahu kemana tujuannya. Semua dipasrahkan kepada Bli Guide haha.

RUMAH POHON MOLENTENG
Rumah Pohon Molenteng

Pulau Seribu

Member Trip Penida (Taken By Lifah)

DIAMOND BEACH
Jumlah anak tangganya ratusan, terjal, dan menikuk. Ada tali besar yang dipasang untuk membantu turis berpegangan agar tidak jatuh. Lebar anak tangganya makin ke bawah makin sempit. Jadi kalau papasan sama turis lain harus bergantian. Satu berhenti dulu satu jalan. Biar semua sampai ke spot yang dituju dengan selamat dan bahagia pastinya.
Tangga Curam Diamond Beach

Tangga Menuju Spot Diamond Beach

Diamond Beach

Member Trip Diomond Beach

Semua member trip turun ke bawah?
Engga.

Yang turun ke bawah hanya empat member Lifah, Isty, Desi, dan Omaaat. Linda dan Ciung menyerah di anak tangga ke.... (nggak inget dan nggak ngitungin haha). Pokoknya mereka berdua menyerah. Kami berempat lanjut turun dengan bermodalkan percaya. Percaya bakal sampai spot yang dituju dan naik kembali dengan sehat dan bahagia meski ngos-ngosan, haha.

Setelah ratusan anak tangga (maybe) dilalui akhirnya sampai di spot yang di tuju, yeeaaay. Pokoknya nggak sia-sia deh panas terik sampai nafas ngos-ngosan. Dibayar lunas sama pemandangan yang luar biasa indahnya. Semilir angin, deburan ombak, langit biru, dan teriknya matahari jadi kolaborasi yang tak terlupakan.

Di sini kami foto-foto dengan latar belakang batu besar dan birunya laut Penida. Oh iya, saat menjelajah Penida, jangan lupa pakai sunblok yaa. Matahari Penida nggak main-main teriknya.
Spot Diamond Beach

Selain spot foto gratis, ada juga spot foto berbayar yang sediakan. Harganya sekitar 100.000,- per orang. Tapi karena kami nggak menyisihkan budget untuk foto berbayar, jadilah hanya berswafoto dengan handphone dan kamera yang dibawa Isty. Gitu.
Spot Foto (Berbayar) Ayunan Diamond Beach

BYE, NUSA PENIDA
Setelah trip Nusa Penida selesai, Bli guide mengantar kami ke dermaga Tayopakeh untuk menyebrang menuju Pantai Sanur. 

Masih ada waktu sebelum fastboat sampai di dermaga. Empat member trip menikmati duduk santai di pinggir dermaga. Sekedar untuk foto-foto dan jadi tukang foto (maafin ya Omaat udah nyusahin selama trip). Setelah sesi mengabadikan moment berakhir kami pun lanjut untuk sesi curhat. Suasana mendukung banget.
Dermaga Toyah Pakeh

Setelah fastboat tiba di dermaga, satu persatu penumpang naik. Kali ini kami dapat duduk di depan. Suara ombak yang menghantam fastboat lagi-lagi berkolaborasi dengan musik dan teriakan penumpang karena deburan air yang masuk ke dalam fastboat. Dan lagi-lagi saya menikmatinya. Perjalanan pulang dengan fastboat agak lebih menyenangkan karena sudah nggak kaget dengan ombak yang buat pusing kepala.
Fast Boat Nusa Penida

Setelah sampai di Pantai Sanur trip Nusa Penida kami pun berakhir.

Eitss masih ada dua malam lagi, kami akan melanjutkan trip kami di Bali dan sekitarnyaa.

Baca juga : TRIP BALI PART 2 
READ MORE... TRIP BALI #1 : INDAHNYA NUSA PENIDA