Friday, December 24, 2021

,

BERTEMU ORANG BAIK (CHALLENGES #2)

Bertemu Orang Baik, cerita tentang orang-orang yang Tuhan kirim untuk berjasa di hidup saya, seorang LIFAH.

Bertemu Orang Baik, jadi challenges kedua saya untuk segmen "OKTOBER CHALLENGES" yang beberapa waktu lalu sempat terhenti karena badai kehidupan datang tiba-tiba. #apasih

Selamat membaca satu dari sekian banyak cerita hidup seorang LIFAH πŸ’‹

PATAH HATI
Berawal dari patah hatinya saya yang saat itu akan menginjak usia 12 tahun. Patah hati yang bukan sembarang patah hati.

*Bukan karena cinta ya mohon maaf dan mohon digaris bawahi πŸ˜….

Patah hatinya saya adalah karena nggak keterima di SMP Negeri yang beeeeeeegitu didambakan sejak duduk di kelas 5 SD.

Juli 2006, setelah melihat nama saya ada keterangan "tidak lulus" nya di papan pengumuman. Sepanjang jalan pulang sibuk menyembunyikan air mata dari dua teman yang berjalan di belakang saya. Yang keduanya laki-laki, senasib juga sepertetanggaan.

Saya, setiap air mata jatuh ke pipi buru-buru dilap. Jatuh lagi dilap lagi. On repeat aja sampai tahu-tahu udah di depan rumah.

DI RUMAH DAN IBU
"Cuma kurang nol koma  sekian (lupa sekiannya berapa), masa nggak diterima!! kata saya ke ibuk sambil nangis sesegukan nyodorin map hasil tesnya.

*Dear LIFAH zaman itu, jangankan kurang nol koma sekian, semisal kurangnya nol koma nol nol nol sekian tetap aja nggak lulus, fah! -___-.

Mau tahu reaksi ibuk seperti apa?!

"Yaudah nggak apa-apa yang penting udah usaha. Nggak harus sekolah di sana juga." katanya dengan santai kayak lagi mantai.

*Ibuk memang terkenal tenang dan nggak grasa grusu disituasi apapun di hidupnya.

Tahun ajaran baru semakin dekat. Sementara saya masih belum tahu dan belum kepikiran untuk sekolah di mana. Masih sibuk kecewa dengan kenyataan. Pun ditambah kesal dan nggak terima sama "uang bangku"nya teman 😌.

Gimana gimanaaa??!

Jadi beberapa hari setelah pengumuman ketidaklulusan di SMP yang begitu saya dambakan itu, ibuk dapat kabar yang kemudian sampailah ke telinga saya kalau teman satu gerbang SD yang juga nggak lolos tiba-tiba aja bisa keterima di SMP itu. Usut punya usut ternyata dia pakai "uang bangku".

Awalnya saya nggak paham apa yang dimaksud dengan uang bangku. Lagi-lagi dengan santai, ibu memberikan pemahaman sederhana apa itu uang bangku. Akhirnya saya pun paham.

*ketika uang bisa mengubah takdir sekolah seseorang.

Sementara saya masih belum terima dengan kenyataan, ibu sibuk mencari sekolah untuk anak perempuan satu-satunya di keluarga. Setelah menyurvei beberapa sekolah, akhirnya ibu memberikan pilihan dua sekolah untuk saya. Madrasah Tsanawiyah depan gang yang nggak terlalu punya nama (kata tetangga sok tahu) atau SMP swasta yang jaraknya cukup jauh tapi lumayan punya nama (lagi-lagi kata tetangga sok tahu).

*Madrasah Tsanawiyah itu setingkat SMP ya.

Pada akhirnya Madrasah Tsanawiyah depan ganglah pilihan saya. Alasannya karena dekat dari rumah dan ada kakak laki-laki saya yang juga sekolah di sana. Pikir saya, kalau sekolah di Madrasah depan gang pasti bisa pulang pas jam istirahat dan pasti kakak bisa bantu jawab PR Bahasa Arab. FYI, kakak sudah sejak MI (Madrasah Ibtidaiyah) di madrasah depan gang.

*nyatanya nggak pernah bantuin -____-. Hai mas Arfan semoga baca yaaa πŸ˜‰.

BERTEMU KEMBALI
Akhirnya bertemulah saya dengan sosok Abeh. Lebih tepatnya bertemu kembali. Saya pernah menjalani RA (Raudathul Athfal) di Madrasahnya beliau. Selain itu, saat Ramadhan tiba, Abeh nggak pernah absen untuk jadi imam di mushola tempat saya biasa shalat tarawih. 

FYI, RA itu setingkat TK (taman kanak-kanak) ya.

Abeh. Begitulah biasanya beliau disapa. Pemilik yayasan sekaligus kepala sekolah dan guru PPKN di Madrasah depan gang. 

"Oh ini adiknya Arfan yang marah-marah karena nggak lulus di SMP .... itu ya?!" kata Abeh saat saya datang untuk ukur baju seragam.

Ternyata ibuk udah curhat ke Abeh tentang saya dan drama nggak keterimanya di SMP Negeri itu -___-.

ABEH DARI MATA LIFAH
Ini agak random sih, kalau boleh jujur inspirasi saya debutin Abeh di blog ini adalah Pak Muh. Ayah dari selebgram Fadil Zaidi. Setelah lihat video-video Fadil yang suka jailin Pak Muh dan lihat reaksi Pak Muh setelah dijailin anak keduanya itu.

*lucunya pak Muh tuh natural

Setiap melihat video-video pak Muh dan Fadil, yang ada dipikiran saya adalah sosok Abeh. Dan setelah dipikir-pikir kok ya Abeh tuh mirip banget sama pak Muh. Bukan dari sisi wajahnya ya tapi lebih ke sifatnya sih πŸ˜….

*Terima kasih pakai haru untuk pak Muh. Kalau bukan karena bapak, mungkin tidak akan ada tulisan ini ♡.

Cara pak Muh ngetreat Dilla (anak perempuannya) sama persis seperti cara Abeh ngetreat murid-murid perempuannya. Lembut nggak pakai emosi jiwa. Selain ke murid perempuannya, Abeh pun ngelakuin hal itu ke cucu perempuannya. Dari sorot matanya terlihat cinta seorang kakek untuk cucu perempuannya. 

*kalimat terakhirnya agak puisi gimana gitu😁

Beda cerita kalau pak Muh berada di samping Fadil Zaidi. pak Muh yang selalu emosi setelah dijailin Fadil, plek ketiplek Abeh kalau lagi marah ke murid laki-laki yang susah diatur. Sering banget angkat sesuatu yang ada di dekatnya (seringnya sandal atau sepatu sih) kalau lagi marah-marah.

Pernah kena marah Abeh?!
Pernah dong haha. Lebih tepatnya ikut kena marahnya beliau. Satu dua murid yang susah diatur tapi satu kelas bahkan satu sekolah bisa kena imbasnya πŸ˜….

Hal yang pernah Abeh lakuin saat marah ke muridnya adalah bakar sampah di kelas dengan pintu dan jendela yang tertutup.

*boleh banget dibayangin gimana ngebulnya kelas waktu itu -___-.

Selain itu, Abeh juga pernah nyiram air comberan (got) saat upacara bendera sedang berlangsung.

*boleh dibayangin gimana bau dan kotornya seragam putih-putih mereka yang kena siraman kala itu -___-.

Gemes dan nggak habis pikirnya saya adalah murid-murid yang susah diatur dan kena marahnya Abeh ya mereka lagi mereka lagi. Mereka tuh kayak udah di black list di hidupnya Abeh πŸ˜….

Tapi saya nggak peduli kalau banyak yang bilang Abeh suka marah-marah ke anak murid. Toh alasan marahnya jelas. Karena beberapa murid memang susah diatur dan suka banget ngeledek Abeh.

KEBAIKAN ABEH UNTUK LIFAH
"Fil Ardi Kholipaaaah..."
(potongan surah Al-Baqarah tapi ayatnya lupa yang kalau diterjemahin ke Bahasa Indonesia artinya adalah pemimpin di muka bumi).

Celetukan Abeh ke saya setiap ketemu beliau yang lagi duduk nyantai di kursi plastik hijau atau putih yang legend itu.

"Pakai f beh bukan p" gerutu saya sambil berlalu dengan wajah kesal πŸ˜….

Bagi saya, Abeh adalah orang baik yang Tuhan kirim untuk berjasa dalam hidup. Titik nggak pakai koma. Abeh yang secara nggak langsung jadi obat patah hatinya saya setelah drama nggak keterima di SMP itu.

Kata Abeh,
"Kalau lu bilang IYA
Tapi Allah bilang NGGAK
Lu bisa apa?!"

Nasihat Abeh dengan logat betawinya yang mungkin puluhan kali saya dengar setelah resmi menjadi murid madrasahnya beliau. Dan sampai saat ini kalimat itu masih saya pakai untuk pegangan saat hidup lagi nggak sesuai dengan maunya saya. Gitu.

"Emang harus banget rengking satu?!"

"Nggak harus jadi nomor satu kok. Cukup jadi terbaiknya lu aja udah paling bener."

Kalimat Abeh kalau diperhalus akan menjadi,
"Nggak harus jadi nomor satu. Cukup jadi versi terbaiknya kamu."

Nasihat Abeh di atas disponsori oleh drama salah satu teman yang nyeletuk kalau saya nggak dapat peringkat satu di kelas.

Setelah drama celetukan itu,  saya panik sampai harus klarifikasi langsung ke yang punya yayasan. Iya ke Abeh langsung. Nekat banget nggak sih?! haha

Alasannya satu, semisal saya nggak dapat peringkat satu, otomatis nggak akan  dapat gratis bayaran selama satu semester haha.

Saat di kelas tiga, selain ibu di rumah yang selalu jadi pendengar hafalan surah Al-Waqiah saya, Abeh juga punya andil besar. Beliau nggak pernah bosan tanya hafalan saya.

*Lagi-lagi nanyanya selalu pas lagi duduk santai di kursi plastik kebanggaannya.

Abeh yang sering ingatin saya kalau anak perempuan itu harus pintar ngaji dan berpendidikan.

Dan sampai akhir, Abeh selalu mau saya repotin. Minta surat ini itu untuk persyaratan masuk SMK. Yang mintanya siang dan sore harus jadi.

*Nggak tahu diri banget nggak sih saya?! haha

*agak random
Dari Abeh saya jadi tahu kepanjangan IPOLEKSOSBUDHANKAMNAS loh haha (silakan googling yang penasaran)

Sampailah pada suatu hari, bagai petir di siang bolong (padahal waktu itu pagi bukan siang) kabar duka tentang berpulangnya Abeh sampai ke telinga saya via buibuk sepertetanggan yang lewat belakang rumah sehabis antri nasi uduk.

Awalnya nggak percaya (lebih tepatnya menolak untuk percaya) dengan apa yang saya dengar dari buibuk tetangga. Alasannya karena Abeh baik-baik saja semalam. Masih mengikuti pengajian mingguan bersama bapak meski bapak bilang beliau sedang tidak enak badan. Intinya, berpulangnya beliau jadi salah satu patah hati saya yang amat dalam sepanjang hidup.

Di mana pun beliau berada
Kukirimkan terima kasih
Untuk banyak warna dalam hidupku dan kenangan indah

#bacanyapakainada

Sekali lagi, terima kasih untuk Abeh yang pernah ada di hidup saya. Meski raganya sudah tidak ada, namun kebaikan Abeh atas Lifah akan selalu ada dan diingat.

Al-fatihah untuk Abeh
READ MORE... BERTEMU ORANG BAIK (CHALLENGES #2)